Bab 4 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 4
Tangan Leon segera
berhenti, dia tidak jadi membuka cadar itu. Leon malah menatapi Khansa dengan
tatapan serius.
Ketika tidur istrinya ini
terlihat imut dan patuh, sungguh tidak akan ada yang mengira jika istrinya yang
terlihat cantik dan lugu ini bisa menggunakan jarum perak dengan lihainya dan
malah membuat pria becodet di hari itu kalah dengan telak hanya dengan satu
tusukan jarum perak.
"Cantik!
Beracun!" gumam Leon seraya memperhatikan bekas merah di leher istrinya,
bekas merah yang dia tinggalkan ketika tadi mencekik leher Khansa ketika
penyakitnya kambuh.
Leon kembali lagi ke atas
sofa, barusan dia memang tertidur selama sepuluh menit, tapi tidurnya selama
sepuluh menit itu sudah sangat berharga, penyakitnya sedang memburuk, dan tidak
bisa disembuhkan hanya dengan jarum Khansa, tapi itu sudah cukup banyak
membantunya. Leon memandangi gumpalan kecil di atas ranjangnya sambil
memikirkan betapa lembutnya Khansa.
Keesokan paginya di ruang
makan keluarga sebastian, Khansa duduk di sofa sambil memakan bubur kacang
hijau. Nenek Sebastian sangat menyukai cucu menantu barunya ini, dia menggandeng
Khansa dan terus mengatakan hal-hal baik dan tak henti-hentinya tersenyum.
Tak lama kemudian Leon
turun dari lantai atas, dibelakangnya diikuti seorang pelayan yang cukup
berumur, di tangannya terdapat sebuah sapu tangan persegi berwarna putih, dan
di atas sapu tangan terdapat sebuah bercak merah, ini menunjukkan bahwa Khansa
dan Leon telah melakukannya semalam.
"Nyonya!" sapa
pelayan Tua tersebut dengan senyuman yang memenuhi wajah tuanya itu.
"Selamat
Nyonya," tukasnya lagi.
Pelayan tua memberi selamat
pada Nenek Sebastian, lalu Nenek Sebastian memberikan sebuah amplop berisi uang
kepadanya.
"Kerja bagus!"
puji Nenek Sebastian.
Khansa merasa aneh,
memang ada wanita yang akan berdarah saat melakukannya pertama kali, tapi
mereka tidak melakukannya semalam, jadi bercak darah dari mana itu?
Melihat wajah aneh Khansa
yang terlihat sedang berpikir keras, Leon pun menyeringai. Leon mendekatkan
duduknya ke kursi Khansa. Leon berbisik di telinga Khansa. "Skenario drama
pernikahan kita."
Dia mengatakan dia yang
melakukannya, lalu malah menanyakan secara terang-terangan hal yang masih
dianggap tabu oleh kebanyakan orang tua dulu atau pun sekarang, "apakah
kau masih perawan?"
Khansa, ".."
"Hissh pria ini
benaran deh, apa Tuhan menciptaknnya hanya untuk membuatku mengkesal di setiap
hari!" pikirnya sambil memasukan satu sendok bubur kacang hijau ke
mulutnya.
Khansa bahkan tidak
pernah pacaran, wajahnya langsung saja memerah seketika ketika mendengar
pertanyaan ini.
Di mata Nenek Sebastian,
mereka berdua yang sedang berbisik ini, memanglah tampang sepasang suami istri
baru, Nenek Sebastian pun merasa senang.
Leon masih saja menggodai
Khansa, "kau belum genap berusia dua puluh tahun, baru sembilan belas
tahun kan ya? harusnya belum punya pacar dong ya?"
Leon berusia dua puluh
tujuh tahun, tampan dan gagah, usianya sekarang adalah usia produktif seorang
pria.
Khansa tidak ingin Leon
semakin mendekat, dia segera menyuapi bubur kacang hijau di tangannya ke dalam
mulut Leon agar Leon berhenti menggodainya.
Leon punya mysophobia,
ini adalah sebuah ketakutan patologis terhadap kuman, bakteri, mikroba,
kontaminasi, dan infeksi.
Pengidap mysophobia
cenderung mudah jijik terhadap hal-hal yang bersifat kotor, merasa apa yang
barusan disentuh itu bisa mengotori tubuh dengan virus atau bakteri. Tapi yang
dipakai adalah sendok bekas Khansa.
Kepala pelayan merasa
sangat ketakutan, dia bergegas mengambilkan sendok baru untuk Tuan Mudanya.
Tapi tak disangka Leon tidak hanya tidak marah, dia bahkan mulai makan
menggunakan sendok bekas Nyonya Muda, dan terakhir dia mengembalikan sendok itu
kepada Khansa.
Khansa tidak ingin ciuman
tak langsung dengan Leon, karena menggunakan satu sendok yang sama dengan Leon,
dia segera saja menghabiskan buburnya dengan cepat, lalu berkata, “Nek, aku
sudah kenyang.”
Leon mengangkat sudut
bibirnya saat melihat tampang lucu Khansa karena ditindas, moodnya hari ini
lumayan bagus. Setelah selesai sarapan, Khansa perlu pulang ke rumah orang
tuanya sebentar.
Nenek meminta Leon untuk
mengantar Khansa pulang, di dalam mobil, keduanya kembali menegaskan perjanjian
pernikahan yang bertujuan untuk saling menolong.
"Tidak ada kontak
fisik selama pernikahan!" tukas Khansa.
"Kau menikah karena
nenek, dan aku menikah karena memiliki tujuan sendiri," jelasnya lagi.
"Tidak bisa!"
protes Leon.
"Dalam keadaan
tertentu! Memeluk, mencium dan hal-hal sejenis yang aku sebutkan tadi masih
diperbolehkan," tukas Leon.
"Dasar mesum, kau
ini suka sekali mengambil kesempatan dalam kesempitan," ujar Khansa yang
masih kesal mengingat malam pertama mereka itu.
"Jika ingin
memanfaatkan statusku untuk mencapai tujuanmu, maka ikuti skenario aku,"
ujar Leon memberikan penawaran dengan nada acuh tak acuh.
"Hissh …" gumam
kesal Khansa seraya menggembungkan kedua pipinya itu karena mengkesal dengan
suaminya ini.
Awalnya Leon berpikir
pernikahan yang diaturkan untuknya ini, akan sangat membosankan.
Namun, siapa sangka
wanita yang dinikahinya ini malah seperti landak. Menebar duri di seluruh tubuh,
untuk melindungi diri sendiri.
Biasanya, ketika
menghadapi musuh, landak akan langsung meringkukkan tubuhnya menjadi bola
sehingga duri tajamnya semakin tegak berdiri.
Setelah itu, landak akan
masukkan kepala, ekor, dan kaki mereka, lalu berguling untuk melindungi diri
dari musuh. Beginilah Khansa di mata Leon Sebastian.
Leon merasa ada bagusnya
juga memiliki istri seperti ini, sedikit meringankan tugasnya untuk menjaga
Khansa dari musuh-musuh bisnis yang selalu mengintai dan ingin menjatuhkannya.
Kesepakatan lisan pun
terjadi didalam mobil mini cooper berwarna merah yang atapnya bisa dilipat itu.
Ditaksir harga untuk satu mobol ini mencapai satu milyar lebih.
Leon dengan tampannya
mengemudikan mobil konvertibel yang sangat bagus, mentereng ini di jalan raya.
Terdapat aroma cinta
sepasang kekasih dalam embusan angin sepoi-sepoi, karena Leon melipat atap
mobilnya itu.
Keduanya tiba di depan
pintu rumah keluarga Isvara. Khansa terkunci oleh sabuk pengaman. Leon mendekat
untuk membantunya melepaskan sabuk pengaman, hidungnya dipenuhi aroma feminin
di tubuh Khansa.
Sedikit membuat Leon
termenung, wangi ini mengapa hatinya jadi sangat menyukai wangi ini.
Leon menaikan satu
alisnya karena merasa heran.
Biasanya Leon sangat
membenci aroma parfum yang tercium tapi kali ini dia malah tidak membenci aroma
pada tubuh Khansa. Dia membantu Khansa melepaskan sabuk pengaman dan menanyakan
pada Khansa parfum apa yang ia pakai. Khansa mengatakan dia tidak menggunakan
parfum.
Leon, "…"
Leon mencabut lepas sabuk
pengaman yang masih melingkar di tubuh Khansa. "Nah sudah."
Leon mengenai bibir
Khansa pada saat menengadahkan kepalanya. Meskipun terhalangi oleh sebuah
cadar, tapi ini adalah ciuman pertama Khansa.
Khansa, "…"
Tatapan mata pengantin
baru itu saling bertemu, dan menatap dalam canggung. Keduanya terdiam dalam
posisi tersebut. Sama-sama terlihat sedang mensinkronkan otak dan hati mereka.
Penutup Bab 4 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 4 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 4 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.