Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 177 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 177

Leon dan Khansa pun bersiap untuk ke Villa Anggrek. Sementara Carl akan membawa Professor Lexa ke rumah Leon, tempat papanya di rawat. Mobil mereka berpisah di persimpangan, Leon menurunkan tirai penyekat mobilnya. Lalu bersandar manja di bahu Khansa sembari mengelus lembut perut landak kecilnya itu.

Leon berpikir jika anaknya nanti berjenis kelamin perempuan maka dia pasti akan secantik Khansa, hatinya pun merasa senang dan dia pun tersenyum puas. Namun, begitu memikirkan jika akan ada banyak pria yang akan mengejar putrinya itu, senyumannya pun menghilang dari wajahnya.

“tidak ... tidak boleh” ujar Leon.

“Apanya yang tidak boleh?” tanya Khansa heran.

"Ah itu ... he he he ... bukan apa-apa?" jawab Leon.

Leon merangkul bahu Khansa sambil berpikir, "Jika itu bayi perempuan, maka aku akan menjadi benteng kuatnya. Siapa pun tidak akan bisa meraihnya dengan mudah.”

“Jika itu laki-laki, maka aku akan menempanya sekeras baja. Sehingga dia nantinya akan menjaga keluarga Sebastian dengan baik".

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

Mereka pun sampai di Villa Anggrek, Lama tidak bertemu dengan cucu dan cucu menantunya ini, Nenek Sebastian sangat merindukannya. Dia pun menunggu kedatangan mereka di depan pintu.

Khansa keluar dan langsung berlari memeluk Nenek Sebastian, Leon juga keluar dari mobil, dia tersenyum memandangi keduanya. Nenek membawa Khansa masuk.

Leon dan Khansa duduk di hadapan Nenek Sebastian, mereka pun saling berpegangan tangan, lalu Leon berkata “Nenek, ada hal yang ingin kami sampaikan kepada Nenek.”

“Apakah sudah ada bayi kecil di perutmu?" tanya Nenek memandangi Khansa.

Leon dan Khansa saling bertatapan, “Darimana Nenek tahu?" tanya Khansa .

“Tentu saja tahu, Nenek berdoa sepanjang hari, sepanjang bulan. Tentu Tuhan pasti mengabulkan doa Nenek,” Jawabnya yakin.

“Tuhan itu tidak pernah ingkar janji, jika DIA mengatakan siapa-siapa yang berdoa secara sungguh-sungguh maka akan DIA kabulkan, maka akan dia kabulkan”.

“Kemarilah!" ujar Nenek Sebastian.

Khansa berdiri, lalu Nenek Sebastian pun mengusap lembut penuh kasih ke perut Khansa yang masih terlihat rata itu, “Kelak jadilah anak yang berbakti kepada Papa dan mamamu ya,” Nasehat pertama Nenek Sebastian kepada calon cicitnya itu.

Leon pun ikut berdiri lalu bersimpuh di hadapan Nenek Sebastian, "Ada berita lain lagi yang harus kami sampaikan kepada Nenek.”

“Apa?” tanya Nenek Sebastian sambil tersenyum.

Leon menghela napas lalu berkata, “Papa masih hidup," ujarnya.

Senyuman di wajah nenek Sebastian pun meredup, "A-apa ...?"

"Ya, Papa masih hidup," ulang kata Leon.

“Nenek tenang dulu, kami akan menceritakan semuanya," ujar Khansa.

Dengan masih menstabilkan napasnya, Nenek pun mendengarkan semua penjelasan detail Khansa dan Leon. Melihat nenek Sebastian menangis sampai bahunya gemetar maka Leon pun segera memeluknya sambil berkata, “Tenanglah Nek, aku akan tetap terus menjadi penjaga keluarga ini".

“Bawa Nenek ke papamu!" pintanya.

Leon pun memenuhi permintaan Neneknya itu, di rumah Leon, Professor Lexa duduk di sisi ranjang suaminya itu. Dengan mata berkaca-caka, dia terus memegangi tangan suaminya itu lalu menclum-ciumnya dengan lembut.

“Mulai hari ini, kita akan selalu bersama,"ujarnya sembari sedikit menangis.

Carl datang masuk, lalu merangkul Mamanya itu, “Papa pasti akan sembuh," Ujarnya sembari mengecek keadaan tuan besar Sebastian.

Mereka monoleh ketika mendengar suara pintu terbuka, Nenek Sebastian dan Professor Lexa saling menatap.. Lalu dia bangun dan mundur beberapa langkah. Memberikan ruang untuk Nenek Sebastian melihat putranya itu.

Melihat jika itu betul adalah anak laki-lakinya, maka seketika saja tangis nenek Sebastian menjadi pecah. Dengan tangan gemetar dia mengusap wajah putranya itu yang terlihat semakin menua, “Kau kembali ... kau kembali ..." ujar isaknya.

Carl dan Leon terdiam terpaku, mereka tidak pernah menyangka jika keluarga mereka yang tercera berai akan bersatu seperti sekarang, berkumpul bersama. Leon merangkul pingang Khansa seraya mencium puncak kepada Khnsa sambil berpikir, Jika landak kecilnya ini adalah bintang keberuntungannya.

Leon memberikan tanda kepada Carl agar meninggalkan mama mereka dengan Nenek Sebastian, karena pasti akan ada banyak hal yang harus mereka bicarakan.

Mereka bertiga pergi ke ruang keluarga, di sana Leon berkata lagi, “Masih ada hal lain yang belum aku beritahu,” ujarnya.

“Apa ?" tanya Khansa.

“Tentang keluargamu?" jawab Leon.

“Siapa ... apa maksudmu tante Anjani dan Nenek Rima?" tanya Khansa lagi.

“Bukan ... ini tentang keberadaan keluarga aslimu, aku telah menemukan mereka” jawab Leon.

Tante Anjani dan Nenek Rima adalah salah satu kerabat dari Kakek Isvara, meski begitu mereka benar-benar menyayangi Khansa seperti keluarga mereka sendiri. Jadi Khansa tidak memiliki hubungan sedarah dengan mereka.

Leon berkata lagi, “Apa masih ingat dengan Nenek Quin?”

“Iya Wanita tua yang pernah aku selamatkan," jawab Khansa.

“Dia adalah nenekmu, dan Dafa adalah sepupumu," jelas Leon lagi.

“Apa ...?" tanya Khansa dengan terkejut.

“Iya, aku sudah menyelidikinya dengan sagat detail," ujar Leon.

“Apa mereka mengetahui tentang aku?” tanya Khansa penasaran.

“Belum, nanti aku akan membawamu menemui mereka," janji Leon.

Carl mendengarkan percakapan suami istri itu dengan santainya, sambil memainkan ponselnya. Mencari tahu tentang malaikatnya dari semua koleganyam "Aku akan mengabari jika ada informasi,” balas pesan teks koleganya itu.

“Huekz ..” Khansa merasa mual.

Carl dan leon langsung merespon, "kenapa?" tanya spontan Cari.

Leon menepuk-nepuk punggung Khnasa, “Apa ada sesuatu yang ingin kau makan?” tanya Leon.

Carl langsung berdiri dan perlahan melangkah dengan berjinjit, ingin pergi meninggalkan ruang keluarga itu, Leon menyadarinya lalu berkata, “Kau! Tidak di ijinkan kemana-mana,”.

“Kemana ... Emm ... aku tidak pergi kemana-kemana, hanya sedang mengagumi lantai ini saja, karena itu aku menginjaknya pelan-pelan," jawab sembarang Cari yang tidak ingin membuat hati Khansa tersinggung.

“Apa ada yang mau kau makan?" tanya cari sembari memaksakan senyumannya.

“Katakan saja, aku yakin keponakan itu tidak akan meyusahkan satu-satunya paman tampan yang dia miliki ini,” ujar Carl lagi sambil tetawa.

“Jika begitu aku ingin melihat kalian memakan pempek kuah pedas," ujar Khansa.

“Apa ...?" tanya Leon terperanjat.

“Jika begitu dengan senang hati,” jawab Carl senang.

Sempat merasa takut, ternyata hanya diminta makan saja, jelas saja dia merasa tidak keberatan. Sementara itu Leon, mengigit bibir bawahnya tapi tidak berani menolak. Paman Indra pun segera saja membuat pempek dengan kuah yang super pedas, persis seperti permintaan Khansa.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, maka Pempek buatan paman Indra yang di bantu beberapa pelayan itu pun selesai. Mangkuk dan piring telah tersaji, Paman Indra menyajkan pempek di mangkuk berikut menuangkan kuahnya.

Carl masih tersenyum belum menyadari apa yang akan menimpanya, “Baiklah ayo kita mulai makan," ujarnya senang.

Leon memandangi genangan kuah pedas itu dengan menelan air salivanya lebih dulu. Sementara Carl sudah memasukan sesuap kuah pempek itu, senyuman di wajahnya langsung terenggut, seketika saja wajahnya memerah, dan dia terbatuk-batuk.

“Mengapa pedas sekali?” protes Carl.

Leon menendang kaki Carl di bawaj meja, “Makan saja dan habiskan!"

“Kau juga makan!" balas Carl dengan sambil menendang kaki Leon juga di bawah meja.

Leon pun memakan pempek dan kuahnya, wajah kedua tuan muda Sebastian itu nampak berubah menjadi merah, bakhan bibir mereka pun berubah menjadi merah.

"Waah imut sekali, bibir kalian berubah menjadi merah muda," ujar Khansa.

Penutup Bab 177 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 177 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 177 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.