Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 183 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 183

“Hu hu hu .. ini sakit,” teriak Khansa lagi.

“Oh Ya Tuhan, sayang ... aw ... aw ..." teriak Leon sambil menahan sakit tapi tidak menepis tangan Khansa.

“Pelan sedikit, sayang!” pinta Leon agar Khansa tidak terlalu keras menarik rambutnya.

Meski mobil mereka ber-AC dengan suhu dingin, namun Khansa tetap merasa panas, dia menarik kerah piyama yang Leon pakai, “Tuan Sebastian, huuu huu huu ... jika bayi ini lahir, yang boleh memarahi dia hanya aku... hanya aku ... Arrgh, ini sakit sekali.”

Leon langsung memeluk istrinya itu, berkata dalam hati jika rasa sakit melahirkan ini bisa di pindah, maka dia bersedia untuk menerimanya.

Leon menitikan air mata, ikut menangis juga karena melihat kesayangannya ini sedang merasakan sakit yang luar biasa. Leon melepaskan pelukannya, lalu berkata dengan lembut, “Ambil napas dalam-dalam, lalu lepaskan," ujarnya sembari memberikan contoh.

Khansa mengikuti saran suaminya itu, barulah mulai sedikit tenang, “Nah, begitu," ujar Leon sembari ikut menarik napas dan mengeluarkannya perlahan.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

Leon melepaskan cadar Khansa, "Mulai sekarang sudah bisa dilepas."

Khansa sudah akan melahirkan bayi mereka, jelas ini sudah 100% menjadikan Khansa mutlak milik Leon. jika ada yang memandangi kecantikan istrinya ini, mereka hanya bisa memandang tidak bisa memililki sama sekali.

Sesampainya di rumah sakit, Leon segera menggendong tubuh mungil istrinya itu. Dokter jaga dan perawat telah bersiap menunggu dengan ranjang dorong rumah sakit. Gery dan Carl juga tiba bersamaan dengan kedatangan Leon.

Leon meletakan Khansa dengan lembut di ranjang dorong itu, lalu segera saja dokter dan perawat membawa Khansa ke ruang persalinan. Khansa memegangi tangan Leon, memintanya agar tidak meninggalkannya sendirian.

Leon ikut masuk ke ruang bersalin, sebelum masuk perawat membantu Leon memakai baju steril. Khansa sudah di pindahkan ke ranjang bersalin dan sudah berganti dengan baju pasien.

Leon masuk dan segera memegangi tangan Khansa lagi, Dokter kandungan yang akan menangani Khansa pun datang, dia akan meregangkan kedua kaki Khansa untuk melihat jalan keluar si bayi, apakah sudah mencapai batas melebar maksimal untuk keluar.

“Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Leon sembari meletakan tangannya di atas selimut yang menutup tubuh bagian bawah istrinya itu.

“Tuan aku hanya ingin mengecek pembukaannya saja," jawab dokter kandungan itu.

Gery sudah mengatur Dokter kandungan wanita, tapi tadi ketika sedang dalam perjalanan. Dokter tersebut mengalami kecelakaan, jadilah hanya Dokter kandungan pria yang saat ini tersedia dan bisa menggantikan peran Dokter yang seharusnya.

“Direktur Sebastian,” panggil Khansa sambil mengatur napasnya.

“Apa kau sengaja ingin membuat persalinan ini menjadi lebih lama?” tanya Khansa lagi sambil mengeratkan giginya, menahan sakit.

Akhirnya Leon pun melepaskan tangannya dari selimut Khansa, “Melihatnya jangan terlalu lama,” ujarnya dengan sedikit tidak rela ke Dokter kandungan tersebut.

Leon pun kembali memegangi tangan Khansa, dokter serius memperhatikan jalan keluar bayi, air ketuban telah pecah, si bayi seharusnya sebentar lagi keluar, Dokter itu berkata, “Nyonya, harap tahan rasa sakitnya sebentar lagi ya. Jika kepala bayi sudah terlihat sedikit keluar maka barulah Nyonya mendorongnya agar keluar." Ujar Dokter tersebut.

'Kepala keluar' pikir Leon dengan sedikit bergidik.

Satu jam lebih, Khansa berada di ruang persalinan, dokter itu melihat kembai jalan keluar bayi, “Nah, Nonya saatnya mengejan” Ujar dokter itu.

“Jangan memejamkan mata, dan jangan berteriak juga jangan menangis,” pesan Dokter kandungan itu.memejamkan mata saat proses persalinan dapat membuat pembuluh mata pecah karena memberikan tekanan pada mata. Selain itu, saat proses melahirkan berlangsung jika menangis dan berteriak. akan membuang-buang energi.

Leon telah bersiap dengan sapu tangan di tangannya, bersiap mengusap pelu-pelu keringat Khansa ketika berjuang melahirkan bayi mereka.

“Tarik napas dan dorong!" Dokter itu menyemangati Khansa.

Satu orang perawat memegangi perut Khansa dengan lembut, agar Khansa tidak mengangkat panggulnya, karena jika mengangkat panggul, maka akan mendapat banyak jahitan karena robekan jad lebih lebar.

Teringat pesan dokter, maka Leon segera memberikan lengannya untuk di gigit kepada Khansa agar dia tidak berteriak, “Gigit lenganku," ujarnya.

Khansa langsung saja mengigit lengan kuat suaminya itu, Leon sedikit meringis namun melihat bagaimana proses kelahiran bayi mereka, dia menganggap jika sakit ini belum ada satu persennya dari apa yang Khansa rasakan.

Lengan Leon sedikit berdarah, dan terdengarlah suara tangis bayi.

Dokter mengangkatnya dan segera memberikannya kepada perawat yang telah siap membungkusnya dengan handuk berbahan halus dan akan segera di bersihkan.

Mengacu pada badan kesehatan dunia atau WHO serta beberapa penelitian terbaru yang menyarankan agar bayi sebaiknya baru dimandikan 12-24 jam setelah ia dilahirkan, maka Khansa dan Leon akan menggunakan saran tersebut.

Perawat membawa si bayi pergi, dan Dokter mulai menyuntik obat untuk bius lokal. Leon tidak banyak bergerak karena telinganya bergidik ketika mendengar suara jahitan itu. Terasa seperti menggema kencang di telinganya.

Khansa menatapi sayup-sayup suaminya yang sedang menangis dengan derai air mata yang melimpah itu. dia mengangkat tangannya dengan perlahan lalu menghapus air mata Leon, melihat malah Khansa yang menguatkan hatinya, semakin jadi Leon menangis.

Dokter menghentikan gerakannya, lalu memandang leon sambil mengernyitkanalisnya, Dokter itu berkata, “Tuan sebaikanya jangan membuat panik si ibu.”

“Tuan sebaikanya tunggu diluar saja,” ujar dokter itu lagi yang merasa suara tangisan Leon sungguh mengangu konsentrasinya.

Demi si landak kecilnya ini, maka Loen tidak akan berhitung-hitung dengan Dokter yang baru saja mengusirnya itu. Gery, Carl, Hansen juga Simon tengah menunggu di luar, duduk di kursi. Melihat Leon keluar mereka pun segera berdiri.

“Laki-laki,” terang Leon dengan binar bahagia, meski rambutnya acak-acakan dan lengannya berdarah.

“Laki-laki ...” ujar Carl dengan senang juga lalu segera memeluk kakaknya itu, dibarengi dengan pelukan dari Simon dan Hansen.

“Waw,sekarang geng kita bertambah satu," ujar Hansen sambil tertawa.

“Ya ketua kalian telah datang,” ujar Leon sambil tertawa.

“Ketua?” tanya Hansen dan Simon bersamaan.

“Iya, jika dia meminta kalian melakukan sesuatu, maka harus kalian lakukan,” jawab Leon dengan senyuman jahil.

Leon melihat kearah Carl, dengan cepat dia mengangkat kedua tangannya, memberi tanda menyerah kepada Kakaknya itu.

Melihat jika Khansa sudah di pindahkan maka Leon segera ikut ke ruang rawat Khansa. Wajah Khansa masih nampak pucat, jejak-jejak lelah masih sangan kentara.

Carl, Gery, Hansen, Simon hanya bisa terdiam terpaku melihat wajah Khansa. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Khansa tanpa cadar.

"Kak, ajari kami cara agar bisa mendapatkan wanita cantik seperti Nyonya Sebastian ini," ujar Hansen.

"Patuh dengan orang tua," jawab Leon sambil tertawa kecil.

Leon merasa ini adalah buah manis yang dia petik, karena waktu itu mengikuti,patuh dengar apa kata Nenek sebastian dan pada akhirnya mendapatkan bintang keberuntungan seperti Khansa.

Carl mengajak yang lainnya untuk melihat keponakannya itu, bayi mungil yang sudah sering menindas dia, ketika masih di dalam perut Khansa. Jadi Carl benar-benar sangat penasaran dengan wajah keponakannya itu.

Mereka melihat bayi Sebastian dari balik kaca. Perawat mendekatkannya ke kaca. Meski lebih awal lahir seminggu lebih cepat. Namun, semua dalam keadaan baik, si bayi sangat sehat. Carl, Hansen dan Simon sedikit bergosip, "Wajah imut itu, semuanya mengambil wajah mamanya", ujar Hansen.

"Ya alis bak pohon willow itu sama persis dengan Khansa", tambah Carl.

"Ini benar-benar hanya milik Khansa," ujar Simon juga ikut menimpali.

"Enak saja, itu juga hasil karya aku," ujar Leon yang baru saja datang untuk melihat bayi laki-lakinya itu.

Leon memandangi lekat-lekat putranya itu, "Sangat tampan, bahkan lebih tampan dari aku dan juga kalian," ujar Leon sembari tertawa senang, puas.

Gery baru saja tiba dari membeli kopi, baru saja ingin menyesapnya. Namun, gerakannya terhenti. Dia memilih meletakan gelas kopi itu di kursi dan menggantinya dengan meminum air mineral. wajahnya tersenyum lega, kali ini dia bisa menghabiskan minumannya dengan tenang.

Tak berapa lama Rendra dan Emily juga segera saja tiba begitu mendapatkan kabar Khansa telah melahirkan, "Dimana anak aku?" ujar Emily yang tak sabar juga ingin segera melihat rupa bayi teman baiknya itu.

Leon menyingkir ketika mendengar suara Emily, "oh dia sangat menggemaskan," puji Emily.

Rendra memeluk Leon, tanda memberi ucapan selamat, lalu Leon berkata, "Kau juga segera menyusul, agar bayiku memiliki teman bermain," ujar Leon.

Rendra hanya menjawab dengan tawa kecilnya, lalu membawa mereka berdua melihat Khansa. tidak berlama-lama menjenguk, mereka pun kembali pulang. Sementara Nenek dan yang lainnya akan datang esok pagi-pagi sekali.

Carl tidur di ruang tamu kamar VVIP itu, sementara Leon tidur di kursi, tidur dengan duduk di sisi ranjang. dia mengecupi istrinya yang ternyenyak tidur itu sambil berbisik, "Terima kasih karena sudah memberikanku seorang bayi yang sangat tampan."

Keesokan paginya Nenek dan yang lainnya tiba di rumah sakit. Bayi kecil mungil itu telah di letakan di kamar. Nenek Sebastian berderai air mata, cicit yang selama ini dia dambakan akhirnya terlahir ke dunia.

Professor Lexa mendorong kursi roda Tuan Besar sebastian mendekati ke inkubator bayi. Wajahnya menyiratkan senyuman bahagia. Tangannya diletakan di balik kaca, lalu menggerak-ngerakan jarinya seperti sedang mengusap-usap lembut pipi mungil bayi itu.

"Ya, ini adalah cucu kita," ujar haru Professor Lexa.

Carl melihat pemandangan ini, tak bisa tak menangis, dia pun membuka pintu dan pergi keluar balkon. Leon melihatnya dan ikut keluar.

"Kau sudah menjadi Paman," ujar Leon.

"Dan kau sudah menjadi Papa," ujar balik Carl.

"Selama aku pergi, kau harus merawatnya baik-baik," ujar Carl.

Leon tersentak, "kau mau pergi ke mana?"

"Mencari malaikatku," jawab ringan Carl.

Leon menghela napas panjang, meski baru berkumpul dan ingin tetap bersama. Namun dia paham adiknya ini memiliki kehidupan sendiri, dia pun berkata, "Pergi temui orang ini, dia bisa membantumu," ujar Leon seraya memberikan sebuah kartu nama.

"The King,” bacanya.

Leon memberikan kartu VIP dari King Arthur, pemegang kartu ini adalah orang-orang terdekat King Arthur.

Leon memberikan kartu VIP itu kepada Carl. maka itu artinya Leon menyerahkan keselamatam Carl kepada King Arthur, menjadikan Carl orang terdekat King Arthur.

Professor Lexa memanggil Leon, "Istrimu sudah bangun."

Khansa tersadar, dan melihat semua sudah ada di kamar rawatnya. Semua tersenyum melihat Khansa. Carl bernisiatif mengajak semuanya berfoto.

"Untuk kenang-kenangan aku jika merindu kalian," ujar Carl.

Perawat membantu mengambil foto keluarga yang sekadarnya itu. Khansa merasa sangat bahagia, Dia menoleh kepada bayinya lalu tersenyum dengan indannya.

'Aku sudah menjadi ibu' ujar Khansa dalam hati.

 

-Tamat-

Penutup Bab 183 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 183 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 183 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.