Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 179 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 179

Carl dan leon terbatuk-batuk, saling memandang dalam limbung, seraya berpikir apakah Mama mereka ini sedang bersekutu dengan bayi yang ada di dalam perut Khansa. Leon Meletakan gelas tehnya lalu berkata, “Bisa tidak itu di letakan di kamar saja.”

“Mengapa begitu?” tanya Khansa.

“Ah itu ... itu ...” Leon langsung menciut ketika landak kecilnya mengeluarkan suara protesnya juga.

“Ini terlihat indah, unik, estetik” Khansa memberikan penilainnya kepada foto itu.

'Unik darimananya ... jika Gery melihat ini pasti dia akan mentertawaiku dalam hati' pikir Leon.

Leon tidak banyak protes lagi, karena landak kecilnya menyukai foto yang di bingkai dan terpampang di dinding itu.

Carl yang melihat Kakaknya diam saja juga akhirnya terdiam tanpa kata. Kakaknya saja yang memiliki kekuasan di seluruh keluarga Sebastian sudah terdiam, lalu apa daya dia jika ikut bicara, sungguh itu hanyalah akan bagai butiran debu saja.

“Jangan lupa nanti, Emily mengundang kita untuk makan siang," ujar Khnasa.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

“Aku akan menunggumu di sana ok!," Khansa mengingatkan lagi.

Selesai makan pagi bersama, Leon pun segera bergegas mengurus pekerjaannya, Sementara carl merawat Tuan Besar Sebastian. Sambil mengecek Kesehatan, dia mengajak Papanya itu berbicara.

Menceritakan semua hal yang baru saja dia alami bersama Leon.

"Pa, lekaslah bangun dan ilhatlah bagaimana calon cucu papa itu menindasku, Benar-benar persis seperti Leon yang sudah menindas aku. Papa lekaslah bangun dan jadilah pahlawanku ok!" ujar Carl sembari mengelap-ngelap tubuh Tuan besar Sebastian dengan handuk basah bersih.

“Tapi kubilang, Leon itu benar-benar beruntung memiliki istri seperti Khansa. Benar-benar bintang keberuntungan untuk kita,” cerita Carl lagi.

“Jadi Papa, lekaslah bangun ok!" ujar Carl lagi.

Professor Lexa dan juga Carl benar-benar merawat Tuan besar Sebastian. Pagi, siang, malam meski harus bergantian. Di siang hari, Khansa sudah sampai di restoran yang Emily sebutkan. Leon dan Rendra belum tiba, tapi para istri mereka sudah datang lebih dulu.

“Bagaimana kabar bayi kesayanganku?" ujar Emily sembari mengusap lembut perut Khansa.

“Sangat sehat,” jawab Khansa tersenyum lembut.

Emily menyusun menu makanan sesuai dengan saran dari dokter kandungan Khansa. Tak berapa lama Rendra dan Leon pun tiba. Mereka makan dengan sambil melempar canda.

Khansa berkata kepada Emily, “Kau juga segera hamil juga ya,".

“Doakan saja ok," jawab Emily tertawa senang.

Leon menyenggol siku Rendra, “Bersiaplah masuk ke medan tempur, jika istrimu hamil.”

Rendra menatap Leon dengan mengernyitkan alisnya. Tapi Leon hanya tertawa sambil menepuk-nepuk bahu kawannya itu. Khansa ingin pergi ke toilet, Emily ikut pergi menemani.

Pada saat ini Rendra memberi tahu tentang keadaan Fauzan, Jika Fauzan sudah melayangkan gugatan cerai kepada Maharani. Leon mendengarkan sambil tertawa kecil. Kehancuran keluarga Isvara bukanlah urusannya. Hidup mati mereka tidak ada kaitannya dengan Khansa, apalagi dirinya.

“Aku dengar juga, mamamu saat ini juga sedang membantu pengobatan untuk Yenny Isvara. Apakah itu betul?” tanya penasaran Rendra.

“Hissh kau ini sejak kapan menjadi tukang gossip?" tanya heran Leon.

Khasna dan Emily masuk, Lalu Rendra memandangi istrinya. Leon pun tersenyum lagi mentertawai kawan baiknya ini. Ya menikah dengan artis yang sekaligus teman dekat landak kecilnya itu, pasti menjadikan Rendra juga jadi lebih cepat tahu tentang berita-berita.

Emily dan Khansa pulang lebih dulu, sementara Leon masih tinggal di restoran itu menunggu Hansen dan Simon untuk melakukan serah terima pekerjaan yang kemarin sempat Leon kuasakan kepada Simon. Rendra pergi mengantarkan Khansa dan Emily untuk pulang.

Tapi Emily mengusir Rendra, karena ingin menghabiskan banyak waktu dengan Khansa. Setelah menikah dengannya, dirinya memang membatasi pergerakan perkerjaan Emily. Jadi wajar saja jika istrinya itu merasa bosan di rumah.

“Jika begitu selamat bersenang-senang, aku akan meninggalkan mobil dan supir untuk kalian,” ujar Rendra sembari mengecup kening Emily.

Emily, ingin membelikan hadiah untuk bayi Khansa. Sementara itu, Professor Lexa sedang mengobati Yenny. Nampak keadaannya semakin membaik. Namun, karena jurnal yang ada di tangan Sekarang belum lengkap, jadi pengobatan yang Professor Lexa berikan hanya mengurangi saja belum menyembuhkan.

Sedari awal Professor Lexa sudah mengatakan jika ini tidak menyembuhkan hanya mengurangi saja, Kali ini Maharani hanya bisa tertunduk menerima saja. Hanya Jihan yang masih sedikit sombong, masih merasa berada di kalangan sosialita tingkat atas.

Maharani sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, karena surat gugatan cerai telah datang kepadanya. Sementara Jane pun di usir oleh keluarga Gautama, karena sudah di buang oleh Fauzan. Jadi bagi keluarga Gautama maka Jane hanya akan membawa malu kepada mereka.

Saat ini Jane diasingkan ke desa terpencil, dibiarkan sendiri tanpa ada satupun keluarga yang mempedulikan dirinya. Di restoran Simon dan Hansen telah datang, “Lalu bagaimana?" tanya Leon.

“Saat ini Khansa sudah menjadi pemilik sah Farmasi Isvara,” Jawab Simon.

“Aku ingin nama ini di ganti?!” perintah Leon.

“Menjadi nama apa?" tanya balik Simon.

“Hmm.." leon terlihat sedang berpikir serius.

“Farmasi Baby Leon," jawabnya sambil tertawa.

“Kak! Bisa serius sedikit tidak?" ujar Hansen.

“Nama macam ap aitu?" ujar Hansen lagi.

Leon langsung memandang Hansen dengan tatapan seperti seribu pisau akan menghujamnya, Hansen yang tadi tertawa pun langsung saja terdiam. “Apa kau punya usul lain?” tanya Leon.

“Ah tidak ... tidak mana berani ... nama itu juga cukup bagus," jawab Hansen.

“Nah, begitu baru benar” ujar puas Leon.

Beberapa jam mereka membahas pekerjaan di sana, barulah selesai. Di rumah, di kamar utama nampak banyak sekali tas-tas belanja, itu semua adalah kado Emily untuk bayi yang ada di perut Khansa. Selesai rapat dengan Hansen dan Simon maka Leon pun langsung menuju pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, segera saja Leon masuk ke kamar utama, “Sayang, apa kau baru saja memindahkan toko ke kamar kita?”

“ih, mana ada. Ini semua adalah kado dari Emily dan Tuan kawindra,” jawab khansa.

Leon melihat-lihat isi tas belanja itu, lalu teringat dengan sepatu rajut yang sudah dia buat dengan susah payah. Dia segera berdiri dan membuka laci, lalu mengambil sepatu rajut kecil itu. Dengan malu-malu dia pun memberikannya kepada Khansa, “Kalau ini adalah hadiah dari aku untuk bayi kita,” ujarnya.

Leon merasa bangga dengan hasil kerajinan tangannya meski tidak seindah yang di harapkan. Namun itu adalah bentuk cinta dan kasih sayang terhadap bayinya. Khansa mengambilnya meski dia tertawa karena bentuknya yang lucu, dia juga sekaligus merasa terharu.

"Terima kasih Direktur Sebastian karena mau bersusah payah untuk membuatkan hadian yang indah ini untuk bayi kita,” puji Khansa.

Penutup Bab 179 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 179 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 179 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.