Bab 1 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog
yang berisi novel novel romantis
yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan
tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel
yang lainnya.
Novel ini
terkenal dengan alur yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya
yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis
Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin
Pengganti Bab 1
Dianggap sebagai
pembawa sial Khansa dikirim ke desa oleh sang Ayah, karena perkataan salah satu
peramal yang mengatakan bahwa Khansa adalah pembawa Sial. Khansa memiliki ibu
tiri dan dua saudara tiri. Maharani, ibu tiri Khansa memiliki latar belakang sebagai
ratu film terpopuler, sangat pandai bermain trik.
Status awalnya
hanyalah wanita simpanan ayah Khansa, lalu sekarang malah berhasil menjadi
istri sah. Di kota Palembang, di rumah utama isvara nampak perdebatan sengit
sedang terjadi, ini adalah perdebatan tentang perjanjian nikah antara dua
keluarga yang telah diputuskan oleh generasi yang lebih tua.
Pernikahan diatur
dengan keluarga salah satu keluarga besar dari empat keluarga besar yang ada di
Palembang. Seharusnya ini adalah hal yang menggembirakan, karena salah satu
anak perempuan dari keluarga Isvara akan menikah dengan salah satu Tuan Muda
berkuasa besar di Palembang. Namun
Maharani tidak rela jika putri
kandungnya harus menikah dengan pria yang sakit- sakitan.
Tuan Muda yang di
jodohkan adalah Leon Sebastian yang
diketahui tengah mengidap penyakit yang sangat parah, dan keluarga Sebastian
menginginkan agar Leon Sebastian memiliki keturunan, karena itulah pernikahan
ini diaturkan. Karena sakit, selama ini tidak pernah ada yang tahu bagaimana
rupa Leon Sebastian, yang selama ini terisolasi tinggal di Villa Anggrek.
"Tidak mau!
Jihan tidak mau menikah dengan pria cacat itu," protesnya.
"Bu,
aku ini cantik lho. Masa Ibu begitu tega
menikahkan aku dengan Leon," ujar Jihan.
"Lalu kita
harus bagaimana, tetua keluarga sudah memutuskan salah satu anak perempuan dari
keluarga Isvara harus menikahi Leon?" tanya Maharani lirih. Mereka berdua
nampak sama-sama berpikir, lalu tiba-tiba Jihan berdiri sembari sedikit berjingkrak
dan menepuk tangannya.
"Khansa…"
ujar Jihan.
"Khansa,"
ujar Maharani.
"Iya Bu,
lekas jemput Khansa. Biarkan dia saja yang menjadi pengantin untuk Leon,"
usul Jihan. Maharani merasa puas jika
anak pertamanya ini mewarisi kelicikannya yang cerdas, "kau pintar sekali,"
pujinya. Maharani pun pergi ke kamar
utama, Tuan Fauzan Isvara nampak masih mengerjakan beberapa berkas bisnisnya.
Maharani menghampiri lalu memijit-mijit bahu suaminya itu. "Ada apa?" tanya Tuan Isvara.
"Tentang
pernikahan," jawab Maharani.
"Keputusan
para tetua tidak bisa dibantah," jawab Tuan Isvara.
"Ih kau ini,
belum selesai bicara sudah kau potong saja," gerutu Maharani.
"Katakan
dengan jelas!" perintah Tuan Isvara.
Maharani pun berdiri di depan meja kerja Tuan Isvara, "Kita jemput
Khansa ya!" pintanya.
"Khansa?"
tanya Tuan Isvara.
"Iya,
bukankah Khansa sudah 20 tahun. Usia yang tepat untuk menikah," jelas
Maharani.
"Jihan,
masih terlalu muda untuk menikah," jelas Maharani lagi sembari membujuk.
"Lagipula,
apa kau tega melihat Jihan menikah dengan pria sakit-sakitan seperti
Leon?"
tanya Maharani
dengan melirih. Tuan Ishvara berpikir
sejenak, "lakukan saja seperti yang kau mau, tapi pastikan itu tidak akan
membawa malu nama keluarga kita," tutur Tuan Isvara. Maharani pun bersorak horai gembira dalam
hati, "terima kasih." Sementara itu di Pagar Alam, di lereng bukit
Dempo nampak Khansa sedang sibuk menebar jaring ikan di sungai, untuk menangkap
ikan semah. Sungai Lematang adalah sungai besar yang ada di Pagar Alam, yang
melewati lereng
bukit Dempo. Di
sinilah Khansa Isvara dibesarkan, oleh keluarga dari ibu kandung Khansa yang
telah pergi selamanya meninggalkan Khansa ketika Khansa berusia sembilan tahun.
Menjelang siang hari, Khansa kembali ke rumah dengan membawa hasil tangkapan
ikannya, "hari
ini kita akan makan gulai ikan," ujar senang Khansa.
"Tante
Anjani, lihat deh ikan semah ini berukuran gembul semua," ujar Khansa
sambil
tertawa
senang. Namun wajah Anjani dan Nenek
Rima terlihat sedih. "Ada apa ini? Kenapa semua nampak sedih?" tanya
Khansa.
"Sini
duduk!" pinta Nenek Rima. Khansa
pun meletakan ikan-ikan yang baru saja tadi ditangkanya dan duduk di sebelah
Nenek Rima. "Ada apa ini Nek?" tanya Khansa lagi.
"Khansa,
sebentar lagi kau harus kembali ke kota palembang. Ke rumah ayahmu," jawab
Nenek Rima.
"Tapi
kenapa? Aku senang tinggal disini bersama Tante Anjani dan Nenek."
"Dengarkan
Nenek, usia kau sudah 20 tahun. Saatnya kau menikah," jelas Nenek
Rima. "Ayahmu sudah ada calon untuk
kau," jelas Nenek Rima.
"Menikah?
Tidak mau!" tukas Khansa.
"Khansa
dengar apa kata Nenek," nasehat Tante Anjani.
"Nenek sudah
semakin tua, tenaga sudah tidak sekuat dulu lagi. Kalau nanti Nenek tutup
usia, Nenek akan
tenang karena sudah ada yang menjaga kau nanti," tutur Nenek Rima
seraya membujuk
Khansa sambil menangis.
"Nenek …
jangan menangis, jangan menangis!" pinta Khansa.
"Kalau
begitu mau ya menikah!" pinta Nenek Rima.
Khansa pun mengangguk mau, Nenek Rima hanya bisa mengusapi lembut puncak
kepala Khansa, satu-satunya harta berharga yang telah ditinggalkan oleh putri
kesayangannya
itu. Keesokan
paginya Khansa pun pergi ke kabupaten tetangga, kabupaten Lahat. Satu- satunya
kabupaten terdekat yang di lewati kereta api. Karena tinggal di lereng gunung
dempo maka perjalanan ke Lahat akan
memakan waktu dua jam, dengan menaiki
angkutan umum, dan akses jalan yang naik
turun bukit. Sesampainya di Lahat,
Khansa pun membeli tiket untuk ke stasiun Kertapati, Palembang Kota, membeli
tiket kelas eksekutif. Khansa duduk didalam kereta api sambil membaca buku.
Khansa bangun dari kursinya dan ingin pergi ke toilet yang ada di dekat bagian
pintu masuk kereta. Tiba-tiba pintu kereta terbuka. Embusan dingin dan bau amis
darah masuk dari pintu, sebuah sosok yang besar terjatuh kedalam dan tak
sadarkan diri. Kemudian disusul oleh sekelompok orang berpakain hitam yang
bergegas masuk dan
ingin langsung
membunuh pria yang tak sadarkan diri itu.
Tapi mereka melihat Khansa yang berdiri sambil memeluki buku di dadanya
itu, mereka pun ingin membunuh Khansa untuk melenyapkan saksi mata. Khansa
melihat senjata ditangan mereka dan berpura-pura panik lalu memohon ampun.
Sedangkan pria
dengan sebuah bekas luka di wajah yang merupakan bos mereka justru Detik
berikutnya tangannya di genggam oleh tangan kecil Khansa yang putih mulus, pria
itu melihat sepasang mata yang dingin menusuk, Khansa tersenyum, membuka pintu Toilet lalu menjempit tangan si
bos dengan pintu toilet. Detik berikutnya Khansa menusuk pelipis bos tersebut
dengan jarum perak yang kecil panjang, lalu bos tersebut mati di tempat.
Para anak buah
bos tersebut, merasa panik dan hendak menerjang Khansa, tapi tepat disaat itu,
pria yang tadi terjatuh ke lantai segera berdiri dan merebut senjata ditangan
pria berbaju hitam, tenggorokan para pria berbaju hitam dipotong dan terjatuh
satu persatu. Khansa sudah tahu sejak awal, meskipun pria ini berlumuran darah,
tapi dia pura-pura pingsan.
Darah ditubuhnya
adalah milik orang lain. Pura-pura pingsan karena hanya ingin membuat
orang-orang ini lengah. Khansa memperhatikan sosok pria berbadan tinggi tegap
yang ada di hadapannya ini. Wajah tampannya terlihat tegas dan memiliki
sudut-sudut tajam. Terlihat dewasa, ningrat dan acuh tak acuh dan terlihat sulit untuk di dekati. Sementara
Leon memperhatikan Khansa yang
memililiki tatapan mata yang cerah dan
tajam, kulit
putih dan alis seperti pohon Willow.
"Tuan Muda,
maaf kami terlambat." Leon mulai mendekati Khansa, selangkah demi
selangkah lalu mencubit dagu Khansa,
"Hmm …
Sebaikanya aku apakan ya?" Khansa mengerti dia telah melihat hal yang
seharusnya tidak dia lihat. "Bagaimana ini, cara melarikan diri,"
pikir Khansa. Khansa mundur selangkah, 'plak' dia memukul pipi Leon yang
mencubit dagunya. "Jangan
kurang
ajar!" hardik Khansa.
"Aku adalah
calon pengantin dari Tuan Muda Leon Sebastian," ungkap Khansa. Baru saja
ditampar oleh wanita, Leon mentertawai dirinya sendiri sambil mengusap
pipinya sambil
berkepresi aneh, "Ini adalah pengantinnya," gumam Leon dalam hati.
Khansa yang tidak mengetahui apa-apa melanjutkan ancamannya, Pernikahan Villa Anggrek
diketahui oleh seluruh penjuru kota, menggemparkan seluruh kalangan atas.
Khansa berpikir Jika pria ini berani menyentuhnya maka dia akan berada dalam
masalah besar, orang di Villa Anggrek tidak akan mengampuninya, terlebih lagi
empat keluarga besar di Palembang. Leon
pun semakin tertawa mendengar ancaman Khansa, hari ini Leon ingin dibunuh oleh
atas perintah
dari mitra bisnisnya, sungguh suatu kebetulan yang indah bisa bertemu dengan
pengantinnya. Leon melepaskan Khansa,
dan meninggalkan sebuah kalimat. "Kita akan bertemu lagi
Penutup Bab 1 Novel Romantis
Pengantin Pengganti
Bab 1 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 2 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.