Bab 103 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 103
Leon tidak mendapat jawaban pesan lagi dari
Rendra, lalu kembali melanjutkan pertemuannya. Sementara itu, setelah melakukan
pembayaran dan proses administrasi selesai, Emily langsung saja membawa Khansa
pergi dari kantor agen properti itu.
Di dalam mobil, Khansa baru tersadar
"Hej bukankah kau yang berniat membeli rumah?"
"Kepalaku sudah pusing, melihat tadi
kau membeli rumah seperti membeli terasi di warung", jawab Emily.
"Issh kau ini ... Kau tidak usah
membeli rumah, nanti sewa saja rumah yang tadi kubeli," ujar Khansa.
"Hei! Apa kau tadi menyesal membeli
rumah tadi?" tanya Emily.
Emily sangat mengenal Khansa, baginya
selama ini berdiri sendiri untuk menopang hidupnya adalah harga diri
tertingginya, jadi meminta atau memakai barang orang lain adalah bukan gaya
temannya ini.
"Dengarkan aku! Kau adalah istri sah
tuan muda Sebastian, jadi kau adalah orang yang paling berhak jika ingin
menghamburkan uang suamimu itu," nasehat dan hibur Emily kepada Khansa.
"Jangan lemah, masa kau mau membiarkan
wanita ular itu menang. Dengan begini kan kau juga sedang memberitahu suamimu
itu jika kau adalah pengendali kekayaannya, jadi jangan sampai macam-macam.
Karena kita bisa menghabiskan kekayaan dia kapan saja kita mau," tukas
Emily berapi-api sambil melajukan mobilnya.
"Ups salah! Bukan kita. Tapi
kau," koreksi Emily sambil tertawa lepas.
Setelah dari agen properti mereka pergi
berbelanja ke Mall, "Kita ke salon ya! Merilekskan tubuh dengan pijatan
dari ahli. Bukankah tadi kita baru saja memenangkan pertempuran sengit,"
ajak Emily.
Khansa pun mengikuti pengaturan dari Emily,
mereka mengambil perawatan satu paket dari ujung kepala sampai dengan kaki.
Setelah keluar dari salon, Emily menarik
Khansa ke butik pakaian tidur, "Beli ini, Tuan Sebastian pasti akan
menyukainya,"
"Kau ini sungguh lamban, hiish
benar-benar deh masa menyiakan-nyiakan pinggang kuat suamimu itu. Pakai ini
maka ketika bertempur di ranjang dia pasti akan kalah denganmu, ujar Emily
sembali cekikkan.
Melihat jika Khansa hanya terdiam, dalam
hati Emily paham jika temannya ini pasti merasa tidak enak karena baru saja
menghamburkan uang 50 miliar dalam sehari, jadi pasti menahan diri.
"Kau harus membeli ini!" ujar
Emily lagi. Setelah membayar, mereka pun bergegas ingin pulang. Rendra yang
sedari pagi menguntit mereka akhirnya tidak tahan dan memutuskan menyapa Emily.
"Kak Rendra ..." gumam Emily
terbata.
Hari ini Rendra menggunakan setelan jas
hitam yang trendi dengan wajah tampan seperti porselen. Tuan muda Kawindra ini
sejak kecil telah dipersiapkan menjadi ahli waris dan mendapatkan pendidikan
yang paling ortodoks, jadi tempramennya lembut dan Elegan.
Namun, ia memiliki sepasang mata yang hitam
dan dingin membuat semua orang merasa takut dengan kehadirannya.
Emily menatap ke arah Rendra yang sedang
menatapi wajahnya yang ceria cerah itu. Tidak tahu sejak kapan Rendra ada di
sana, berpikir jika saja Rendra mendengar perkataannya tentang pinggang yang
kuat dan pertempuran, maka seketika saja wajah Emily memerah karena malu.
"Kak! Kau semakin tampan saja, setelah
dua tahun tak bertemu," sapa Emily dengan tersenyum manis.
Rendra melihat senyumannya lalu menjawab,
"Aku kesini untuk rapat."
"Oh" jawab Emily sekedarnya.
Mall ini adalah milik keluarga Kawindra,
sekarang Rendra Kawindra sedang bersama para eksekutif untuk meninjau
operasional mall mereka.
"Jika begitu, Kakak bersibuk lagi
saja. Aku juga sudah selesai," jawab Emily lalu bergegas pergi tanpa
menoleh ke belakang.
Rendra mengambil ponsel dari sakunya, dan
mengirimkan sebuah pesan kepada Leon, 'ding' notifikasi pesan masuk ke ponsel
Leon.
"Sepertinya aku melihat Emily mengajak
istrimu untuk membeli gaun tidur sutra, dan juga membawanya ke salon
kecantikany' isi pesan teks Rendra kepada Leon.
Leon telah pulang ke Villa Anggrek, dan
saat ini dia sedang ada di ruang kerjanya. Dia membaca pesan dari Rendra bolak
balik beberapa kali, istrinya membeli gaun tidur sutra dan pergi ke salon.
Sungguh pesan teks dari Rendra ini lebih
menarik perhatian Leon daripada pesan teks notifikasi 50 milliar.
"Biarkan Emily tinggal lebih lama lagi
di Palembang, jangan biarkan terburu-buru pergi," balas pesan teks Leon
kepada Rendra.
Rendra hanya menyeringai dan meletakan
ponselnya di saku, lalu melanjutkan pekerjaan inspeksi dadakannya.
Leon juga meletakan ponselnya, lalu membaca
lagi dokumen yang ada di tangannya. Tetapi dia tidak bisa berkonsentrasi sama
sekali. Leon pun keluar untuk mencari Nenek Sebastian, "Nek apa tidak
merindukan Khansa?" tanya modus Leon.
"Iya rindu, sudah dua hari Khansa
tidak tidur di rumah," jawab Nenek Sebastian.
"Kalau begitu bagaimana jika kita
video call, ujar Leon.
"Boleh juga," jawab Nenek
Sebastian.
"Mana ponsel Nenek?" tanya Leon.
Leon memiliki ide, jika dari panggilan dari
ponselnya maka pasti Khansa enggan menjawabnya, tapi jika menggunakan ponsel
Nenek Sebastian maka pasti Khansa akan menjawabnya.
Di Apartemen Emily, Khansa baru saja
selesai mandi dan menggunakan gaun sutra yang tadi baru saja dibeli. Khansa
baru saja menyeka rambutnya dengan handuk kecil ketika panggilan Video Call
dari WhatsApp berdering.
Khansa segera menjawabnya dan langsung saja
terlihat wajah ramah Nenek Sebastian, "Ah! Khansa kau tidak memakai cadar
hari ini.
"Kau sangat cantik," puji Nenek
Sebastian.
"Ah iya," jawab Khansa sembari
memegangi pipinya dengan satu tangannya.
Khansa baru saja selesai mandi, dan
lagipula ini di Apartemen Emily, jadi Khansa merasa tidak perlu memakai
cadarnya.
Wajah cantik Khansa memerah karena malu,
"Nenek kau sedang meledek ya."
"Nenek meridukanmu, apa kau tidak
merindukan Nenek?" tanya Nenek Sebastian.
"Rindu Nek," jawab Khansa.
"Meskipun merindukan Nenek, jangan
pulang terburu-buru. Jika hatimu sudah tenang maka barulah pulang," tukas
bijak Nenek Sebastian.
Leon langsung mengernyitkan alisnya,
"Astaga! Sebenarnya siapa cucu kandung Nenek ini,"
Leon langsung saja mengambil ponsel
Neneknya itu, lalu keluar dari kamar Nenek Sebastian.
Leon melihat wajah Khansa yang segar dan
cantik itu yang telah membuatnya terpesona. Sementara itu, Khansa yang melihat
wajah Leon, langsung saja wajahnya berubah jadi dingin, "Mana nenek?"
Dengan nada ringan Leon menjawab, "Di
kamarnya.
"Karena Nenek sudah pergi, maka aku
akan menutup telponnya," ujar Khansa seraya ingin menekan tombol
memutuskan panggilan.
Melihat ada lukisan-lukisan di kuku Khansa,
Leon langsung bertanya "Apa tadi baru ke salon?"
Khansa langsung saja melihat jika Leon
sedang menatapinya, Khansa sedang memakai gaun tidur sutra bertali satu. Warna
gaun itu semankin mempertegas kulit putih Khansa. Rambut panjangnya yang masih
basah jatuh terurai diatas kulit putih lembutnya itu. Hati Leon semakin
tersentuh dengan penampakan landak kecilnya malam ini yang begitu menggemaskan.
"Kau sedang lihat apa!?" tanya
marah Khansa.
Leon melengkungkan bibirnya yang tipis,
"Aku yang bayar! Masa tidak boleh lihat."
"Tidak boleh"! jawab Khansa lagi.
Penutup
Bab 103 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 103 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 103 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.
