Bab 161 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 161
Gery telah mempersiapkan pesawat jet
pribadi, di Italia Gery juga sudah mengatur sebuah laboratorium untuk mendukung
penyamaran Carl dan Hansen.
Seperti yang Carl bilang, sebelum pergi dia
akan pergi menemui Prodessor Lexa. Diantar oleh asistennya, dia pun tiba dengan
cepat di Villa.
Professor Lexa mengintip dari balik
jendela, Hatinya telah dua kali terkejut, karena putra kesayangannya itu
mendatangi dirinya lagi. Dengan cepat dia membuka pintu, "Kau menjenguk
lagi?" ujarnya.
Carl melihat ada tanda warna hitam di bawah
mata Professor Lexa, "Apakah akhir-akhir ini tidak tidur dengan
nyenyak?"
"Hanya terlalu lelah saja, ini bukan
apa-apa," jawab Professor Lexa yang mengerti jika Carl pasti tengah
melihat lingkaran tebal di bawah matanya.
Professor Lexa langsung menarik tangan
Carl, agar mau ikut masuk bersamanya, namun dia malah menghempaskan tangan yang
sedang menariknya itu.
"Mom, aku akan pergi!" ujarnya.
Professor Lexa mematung ketika mendengar
perkataan Carl, dia menoleh lalu bertanya, "Mau ke mana?"
"Mencari Papa!" jawab jujur Carl.
Mendengar perkataan putra kesayangannya
itu, Professor Lexa langsung saja menampar pipi Carl, "Papamu sudah mati,
jadi sebaiknya jangan pernah berpikir untuk mencarinya!"
Carl langsung saja menarik bahu professor
Lexa dan berkata, “Papa masih hidup kan, dia masih hidup,” ujarnya dengan
yakin.
Professor Lexa menutup kedua mulutnya,
mundur beberapa langkah dengan sedikit gemertar. Carl menatapnya dengan sambil
menaikan satu alisnya dan berkata, “Aku akan tetap pergi.”
Carl pun masuk ke mobilnya dan melajukan
mobilnya dengan penuh kemarahan. Dia masih tak mengerti mengapa ibunya masih
saja keras kepala menyembunyikan kebenarannya.
Melihat sikap ibunya tadi, maka tekadnya
semakin bulat untuk mencari tahu kebenaran dari semua ini. Sementara itu Leon
dan Rendra akan bertindak sebagai pemberi dana bagi penelitian para ilmuwan
hitam itu, jadi mereka juga akan ikut pergi ke Italia.
Di rumah, mulai dari sore Leon tidak mau
beranjak jauh dari Khansa, Bahkan dia menemani Khansa berburu daun-daun obat,
daun mint, daun jambu, daun sirih. Leon bertanya “Daun-daun ini untuk apa?”
“Sakit gigi,” jawab Khansa.
“Caranya?” tanya Loen.
“Ada yang cukup dikunyah saja, ada juga
yang harus dicampur garam dan air hangat” jawab Khansa seraya memetiki daun
sirih.
“Oh” ujar Leon, yang berpikir jika sakit
gigi mengapa tidak ke dokter gigi saja.
Khansa mengambil dedaunan ini karena
teringat Bibi Fida yang tidak suka jika harus pergi ke dokter gigi. Dia pernah
melihat ibunya dulu suka membuatkan ramuan obat sakit gigi dari dedaunan yang
saat ini dia sedang petik.
Sesampai di rumah, Bahkan Leon mengikuti
Khansa masuk ke kamar mandi, merasa sedang di intai. Dia pun berbalik kearah
suaminya itu, “Tuan Sebastian apakah kau bolos kerja hari ini?”
“Tidak ... aku hanya menngambil cuti saja,”
jawabnya sembarang.
“Mengapa sedari tadi mengikutik terus?”
tanya Khansa lagi.
Sudah merasa tak tahan lagi, Leon pun
langsung menarik pinggang ramping istrinya itu dan memeluknya erat, Leon
berbisik “Suami akan pergi dinas beberapa hari, takut kau merindukan aku. Maka
malam ini akan memberikan pelayanan terbaiknya.”
“Pelayanan terbaik?” tanya bingung Khansa.
Belum sempat bertanya artinya, Leon dengan
segera sama menggendong tubuh Khnsa dan memasukannya ke dalam bath up, dengan
cepat juga tangannya langsung menyalakan kran airnya. Khansa merasa terkejut
karena gerakan impulsif Leon ini.
“Astaga," ujar Khansa. Leon juga
segera masuk ke Bathup besar mereka itu, berlutut di hadapan Khnasa, mengambil
kedua tangannya lalu meletakan di dadanya, "Buka!"
Wajah Khansa memerah, lalu mulai membuka
kancing kemeja Leon satu persatu, setelahnya menarik keluar kemeja yang sedang
Leon pakai. Pada saat ini terpampang sudah dengan jelas pinggang kuat suaminya
itu.
Khansa merabah pinggang itu dengan pelan,
dari atas turun kebawah, lalu mendekatkan wajahnya ke pinggang kuat itu, dan
mulai mendaratkan ciuman lembut di setiap sisinya. Leon mengusap lembut puncak
kepala istirnya itu.
Merasa senang, jika saat ini dia ada untuk
mendampingi masa-masa dewasa pengantin kecilnya itu. Leon mensejajarkan dirinya
dengan Khansa, menarik Khansa untuk duduk dipangkuannya. Merasakan air dingin
yang tengah menerpa tubuh mereka.
Leon mengecup-ngecup bahu dan punggung
Khansa. Dengan dua tangan Khansa memegang sisi bathup mereka, menahan serangan
dari Leon yang sudah mulai memainkan seluruh bagian tubuhnya sambil mendekapnya
dari belakang.
“Hassh ... Tuan Sebastian,” panggil Khansa
dengan suara sedikit manja.
Leon masih terus menerus mengecupi daun
telinga Khansa sementara pinggang kuatnnya terus saja bergerak dan lengan
kuatnya melingkar di dada dan di perut Khansa.
“Apa kau mencintaiku?” tanya Leon dengan
suara magnetis penuh Hasrat.
“katakan kau mencintaiku!" pinta Leon
dengan nada manja.
Khansa memegangi lengan kuat leon yang
sedang memegangi pinggangnya itu, lalu menjawab “Aku mencintaimu.”
Mendengar suara manis istrinya itu
mengatakan hal yang membuatnya melambung tinggi, Leon semakin memepercepat
gerakan pinggang kuatnya itu, lalu menarik dan memeluk tubuh Khansa dengan
erat.
“Argh ...” erang keduanya sambil menghela
napas dan melonggarkan pelukan.
Leon bersandar di Bathup, lalu menarik
tubuh mungil Khansa ke dalam pelukannya sambil terus menyiumi-nyimui puncak
kepala Khansa sambil sediki berbincang, “Kapan Nenek kembali?” tanya Khansa.
“Nenek Sedang fokus berdoa juga melakukan
kegiatan amalnya," jawab Leon.
“Nenek bilang berlaku baik dapat membantu
keinginanmu tercepat terkabul," jelas Leon.
“Cicit?” tanya Khansa lagi.
"Iya," jawab Leon sembari
tertawa. Sementara itu Di Kediaman Rendra, nampak terlhat jika dia dan Emily
sedang serius berbicara. Dia mengatakan bahwa dalam beberapa hari ini tidak
akan ada di Indonesia, “Kau jaga diri baik-baik selama tidak ada aku."
“Dan tidak perlu berkunjung ke rumah ibu,
jika tanpa aku!" pinta Rendra.
Emily hanya terdiam tidak menjawab, dia
menolehkan wajahnya. Rednra menapuk wajahnya agar menatap kepadanya, “Lihat
aku! Dan dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan."
“Kau adalah wanita yang aku pilih, wanita
yang aku pilih untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Tentang ibu yang tidak
meyukaimu, tidak akan mengurangi rasa cintaku sedikit pun kepadamu, jelas
Rendra seraya menyelipkan rambut panjang Emily ke balik telinga.
Emily mendekatkan wajahnya kepada Rendra,
lalu dia merangkulkan tangannya ke leher Rendra, lalu berinisiatif untuk
menciumnya lebih dulu, “Kau akan selalu menjadi pria pertamaku," bisik
lembut Emily.
Mendengar pengakuan Emily ini, Rendra pun
teringat dengan kenangan kala itu. Emily adalah wanita pertamanya, dan saat ini
telah menjadi istrinya, jadi dipukul sampai mati pun dia tidak akan pernah
melepaskan Emily, meski selepas mereka menikah, mereka belum melakukan hubungan
intim.
Penutup
Bab 161 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 161 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 161 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.
